Dampak Positif Pandemi Corona, Masyarakat Mengenal Pembelajaran Online
Jumlah penduduk Indonesia yang positif terserang virus Corona terus bertambah, bahkan sudah mencapai angka ribuan. Anak-anak sekolah yang semula direncanakan hanya 2 minggu belajar di rumah, harus memperpanjang masa belajarnya di rumah. Ada daerah yang meminta siswa belajar di rumah sampai akhir April, ada yang sampai akhir Mei. Akhirnya, mau tak mau, masyarakat pun harus mengenal pembelajaran online
2006, saat berkuliah di Bandung, pertama kali saya mengenal istilah e-learning (pembelajaran online), bahkan tesis saya pun membahas tentang kemungkinan implementasi e-learning ini. Karena mengerjakan tesis ini, saya jadi kenal beberapa learning management system (LMS). Saat itu saya mendalami moodle.
2008 saat saya selesai kuliah dan mencoba mengemukakan ide tentang e-learning di instansi saya, ternyata tidak mendapat tanggapan positif. Saya bekerja di instansi yang bertugas untuk memberikan pelatihan pada guru-guru SMK. Jumlah guru sangat banyak, sementara anggaran tak cukup untuk mengundang mereka dan mendapatkan pelatihan. Jadi e-learning bisa menjadi solusinya.
Wilayah yang luas dan belum banyak di dukung sarana jaringan internet memadai, menjadi alasan penolakan implementasi e-learning.
Barulah pada 2015 e-learning mulai di lirik. Ini juga karena ada pejabat di Jakarta yang tertarik untuk mengimplementasikannya. Mulailah di bangun sistem untuk pembelajaran online, yang di beri nama Guru Pembelajar.
2017, program guru pembelajar tak dilanjutkan. Entah apa alasannya. Pejabat di jakarta meminta dihentikan, maka kamipun tak melanjutkan program ini.
2019, diberlakukan lagi pembelajaran online bagi guru dalam program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Program pembelajaran online bagi guru ini dilakukan selama 2 bulan dengan sistem 5 in dan 3 on. Kegiatan in (tatap muka) dilakukan pada hari sabtu/minggu, sementara kegiatan on dilakukan hari senin-jumat disela-sela guru mengajar.
Namun program ini terkesan dipaksakan, infrastruktur belum siap. Server sering down hingga membuat para guru yang menjadi peserta "gemas" bahkan malas untuk akses materi.
Hingga akhirnya secercah harapan muncul, saat Nadiem Makarim diangkat menjadi Mendikbud. Kami sangat berharap, pembelajaran online akan hidup kembali
Di lingkungan tempat saya bekerja pun, pembelajaran online ini sering di cerca, terutama oleh para senior. Selalu di cari-cari kelemahannya. Prasarana jaringan internet di daerah yang tidak mendukung, peserta (dan pengajar) yang belum akrab dengan teknologi. Susah mengkonversi jumlah jam, yang berakibat pada ketidakjelasan honor para pengajar, serifikat yang tidak diakui dalam pengajuan angka kredit.
Bahkan, rumah belajar yang telah dikembangkan oleh kemdikbud sejak tahun 2011 pun, tak banyak diketahui masyarakat
Itu dulu.
Kini keadaan telah berubah. Karena Covid-19, mau tak mau, pembelajaran online pun di lirik. Suka tak suka, pembelajaran online pun digunakan oleh masyarakat. Nyatanya memang kadang berawal dari keterpaksaan, sesuatu yang baru, akan diterima oleh masyarakat.
Maka kini, masyarakat pun mulai mengenal google classroom, google form, edmodo, ruang guru dan juga rumah belajar. Bahkan ruang guru memberikan akses gratis bagi pengguna provider tertentu selama 30 hari.
Para pengembang LMS pun mempromosikan kemudahan dan keunggulan yang dimiliki oleh aplikasi yang dikembangkannya.
Yah, inilah salah satu dampak positif pandemi Corona dalam bidang pendidikan. Masyarakat semakin mengenal dan mengetahui berbagai platform pembelajaran online.
Awal Perkenalan Saya dengan E-learning
2006, saat berkuliah di Bandung, pertama kali saya mengenal istilah e-learning (pembelajaran online), bahkan tesis saya pun membahas tentang kemungkinan implementasi e-learning ini. Karena mengerjakan tesis ini, saya jadi kenal beberapa learning management system (LMS). Saat itu saya mendalami moodle.
Logo moodle |
2008 saat saya selesai kuliah dan mencoba mengemukakan ide tentang e-learning di instansi saya, ternyata tidak mendapat tanggapan positif. Saya bekerja di instansi yang bertugas untuk memberikan pelatihan pada guru-guru SMK. Jumlah guru sangat banyak, sementara anggaran tak cukup untuk mengundang mereka dan mendapatkan pelatihan. Jadi e-learning bisa menjadi solusinya.
Wilayah yang luas dan belum banyak di dukung sarana jaringan internet memadai, menjadi alasan penolakan implementasi e-learning.
Barulah pada 2015 e-learning mulai di lirik. Ini juga karena ada pejabat di Jakarta yang tertarik untuk mengimplementasikannya. Mulailah di bangun sistem untuk pembelajaran online, yang di beri nama Guru Pembelajar.
Guru Pembelajar |
2017, program guru pembelajar tak dilanjutkan. Entah apa alasannya. Pejabat di jakarta meminta dihentikan, maka kamipun tak melanjutkan program ini.
2019, diberlakukan lagi pembelajaran online bagi guru dalam program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Program pembelajaran online bagi guru ini dilakukan selama 2 bulan dengan sistem 5 in dan 3 on. Kegiatan in (tatap muka) dilakukan pada hari sabtu/minggu, sementara kegiatan on dilakukan hari senin-jumat disela-sela guru mengajar.
Namun program ini terkesan dipaksakan, infrastruktur belum siap. Server sering down hingga membuat para guru yang menjadi peserta "gemas" bahkan malas untuk akses materi.
Hingga akhirnya secercah harapan muncul, saat Nadiem Makarim diangkat menjadi Mendikbud. Kami sangat berharap, pembelajaran online akan hidup kembali
Pembelajaran Online, Dulu di Cerca, Kini jadi Idola
Saat menjadi peserta pelatihan dengan menggunakan metode online, walaupun mendapat sertifikat, para guru tak bisa mengajukan sertifikat ini untuk memperoleh angka kredit. Alasannya, belum ada aturan bagaimana mengkonversi jumlah jam belajar online menjadi jumlah jam tatap muka.Di lingkungan tempat saya bekerja pun, pembelajaran online ini sering di cerca, terutama oleh para senior. Selalu di cari-cari kelemahannya. Prasarana jaringan internet di daerah yang tidak mendukung, peserta (dan pengajar) yang belum akrab dengan teknologi. Susah mengkonversi jumlah jam, yang berakibat pada ketidakjelasan honor para pengajar, serifikat yang tidak diakui dalam pengajuan angka kredit.
Bahkan, rumah belajar yang telah dikembangkan oleh kemdikbud sejak tahun 2011 pun, tak banyak diketahui masyarakat
Itu dulu.
Kini keadaan telah berubah. Karena Covid-19, mau tak mau, pembelajaran online pun di lirik. Suka tak suka, pembelajaran online pun digunakan oleh masyarakat. Nyatanya memang kadang berawal dari keterpaksaan, sesuatu yang baru, akan diterima oleh masyarakat.
Maka kini, masyarakat pun mulai mengenal google classroom, google form, edmodo, ruang guru dan juga rumah belajar. Bahkan ruang guru memberikan akses gratis bagi pengguna provider tertentu selama 30 hari.
Google classroom |
Para pengembang LMS pun mempromosikan kemudahan dan keunggulan yang dimiliki oleh aplikasi yang dikembangkannya.
Yah, inilah salah satu dampak positif pandemi Corona dalam bidang pendidikan. Masyarakat semakin mengenal dan mengetahui berbagai platform pembelajaran online.
Iya, ya :) Gara2 Covid19 kita dirumahkan. Anak2 LFH dan suami WFH. Belajar online dan meeting bisa menggunakan skype, zoom dll kita jadi makin bisa deh. Aplikasi pembelajaran online makin marak ya dan ada juga yang gratis. Sangat membantu nih.
BalasHapusBagaimana dengan di pelosok daerah yah mbak? Koneksi internet aja belum masuk dan kalaupun itu ada bagaimana dengan perangkatnya seperti HP dan Laptop
BalasHapusYap, masyarakat kudu mulai akrab dengan metode e-learning ini ya Mba.
BalasHapusTapiii, tetep aja, anakku (dan kemungkinan ribuan anak lainnya) lebih suka belajar tatap muka sih :)
Kalau saya kegiatan belajar mengajarnya pakai zoom. Cuma emamg mesti kuat kuota dan jaringan.
BalasHapusSelalu ada manfaat dibalik sebuah peristiwa atau kejadian ya, mba.
BalasHapusKarena harus di rumah saja, mau tidak pembelajaran online pun banyak dilakukan.
Tapi, anak-anak udah mulai bersuara bahwa mereka sudah kangen sekolah.
Setiap kejadian itu ada plus dan minusnya ya Kak Nanik. Sekarang meskipun kita cuma bisa berada di rumah Tapi kita tetap bisa bekerja, belajar, update seharian tugas kita lewat aplikasi online.
BalasHapusSejak sekolah di rumah jadi mulai belajar online juga, kenal Zoom, anak-anak jadi pegang laptop di waktu tertentu. Semoga kita bisa mengambil hikmah atas pandemi ini, yaa, Mbak..Insya Allah anak-anak bisa segera sekolah lagi. Hal yang dikangenin pastinya ketemu temen-temennya lagi..bisa jadi hiburan tersendiri saat jenuh belajar
BalasHapusBegitulah kalo kita berpikir terlalu "maju" dan kreatif sementara lingkungan kita stagnan
BalasHapusSaya juga sering frustasi.
Untunglah kemajuan teknologi begitu pesat, sehingga ucapan mbak Nanik terbukti
Untuk yg tinggal di kota mudah menjalankan e-learning ini. Sementara kami di kampung tergusur. Tidak banyak yg punya smartphone, tidak semua pemilik smartphone punya kuota. Meksi sekolah menugaskan pembelajaran online, banyak siswa dan orang tua yang tidak melakukannya karena kendala sarana dan prasarana
BalasHapusBegitulah mbak. Jika ada sesuatu yang terjadi di luar kendali kita, ya tinggal bagaimana menyikapinya saja ya.
BalasHapusStay clean, stay safe, kita manfaatkan wfh dan sfh sebsik-baiknya secara positif.
Semua peristiwa akan selalu ada hikmah ya..
BalasHapusTapi meski demikian aku berharap covid ini segera berlalu..
Anakku juga pengen belajar di luar rumah, hehe
Sisi positifnya jadi lebih kenal teknologi dan memanfaatkannya seperti Google Clasroom dan kawan-kawannya ya kalau yang di perkotaan, kalau di pedesaan masih sulit,selain perangkat elektroniknya yang kurang,jaringan internetnya juga kurang mendukung hehehe
BalasHapusMengenal pembelajaran online, dan memahami akan pentingnya peran guru dan orang tua. Jadinya saling mengisi dan menjadi lebih peduli
BalasHapusYap kak, hal baru yang belum terlalu familiar memang sering dicari-cari kelemahannya. Nah, nggak hanya para guru, saya sebagai irt juga terbantu bgt dgn sistem belajar online. Pokoknya andalan sejak belum ada pandemik.
BalasHapusSetuju banget, ini salah satu hikmah dari pandemi corona ya mb, kita semua hampir seluruhnya semua sistem pekerjaan dan pendidikan jadi menggunakan teknologi dan jadi makin pinter deh. Semoga pandemi segera berlalu ya mb aamiin
BalasHapusPembelajaran online skg makin booming ya. Aku tahunya sih yg paling booming itu ruang guru. Semoga aja dgn adanya pembelajaran online gini, kita semua bisa melek teknologi dan terbantu saat belajar.
BalasHapusDengan adanya ini memang yang terbiasa dengan bekerja WFH maupun secara online dengan remote, bayar online payment tidak menjadi dilema. Yang menjadi dilema juga disaat spt ini SDM yang belum siap akan bingung bagaimana alurnya.
BalasHapusSolusi belajar online memang waktu kita jadi sdkit berkurang, untuk naik bus datang seminar dll. Memang semua banyak plus minusnya. Semoga dengan ini semua bisa terbiasa dengan sistem online dari berbagi sisi.
Dibalik musibah ada secercah berkah di hal lain. Salah satunya di dunia online. Semua dikemas dg basic online.
BalasHapusBetul sekali kak jadi sekarang pada melek teknologi alis engga gaptek lagi. Emang sebuah peristiwa walaupun menyedihkan spti wabah covid ini pasti ada hikmah dibaliknya. Semoga badai ini cepat berlalu deh ya
BalasHapusSelalu ada dampak positif dari negatif yang diberikan corona ini.. disatu sisi kita dipaksa untuk tetap mampu beraktivitas dengan inet yang tersedia
BalasHapusIroni ya..pembelajaran online dulu dicerca kini jadi idola..bener bangets ini. Saat harus sekolah dari rumah jadi tertatih-tatih kita menjalaninya. Coba kalau sejak dulu sudah dikenalkan.
BalasHapusTapi tak ada kata terlambat kita bisa mulai dari sekarang dan berproses untuk lebih baik ke depan
Sisi positipnya memang sekolah jadi banyak mencoba untuk belajar daring. Dan itu bisa jadi embrio cara belajar yang baru nantinya untuk persekolahan
BalasHapusAlhamdulillah sekarang sudah banyak sekali situs belajar daring ya kan Mba Nanik. Bahkan yang tadinya berbayar jadinya di jam tertentu gak bayar.
BalasHapusMba Nanik, saya termasuk yang kewalahan tapinya.. karena tiga anak yang belajar daring membuat saya cukup keteteran membagi aktivitas dengan kegiatan ngeblog juga..
Setuju banget, selain kita menjadi memahami situs belajar online kita akhirnya juga mengikuti era industri 4.0 bersamaan seluruh dunia, namun tetap doa Dewi semoga pandemi ini bisa segera berlalu, Amin.
BalasHapusyup bener banget, wabah pandemi virus C ini jadi banyak hikmah yang bisa kita ambil. Salah satunya dalam dunia pendidikan, jadi mengenal pembelajaran online dan dari kemendikbud sendiri sudah ada platform yg rasanya asing bagi masyarakat. Sekarang mereka udah daring semua, seneng!
BalasHapuswah bener jadinya masyarakat enggak awam lagi ya sama yang namanya e-learning. lebih kenal dan enggak gaptek lagi insyaallah. emang setiap musibah pasti ada hikmahnya. tapi semoga pandemi ini segera berakhir.
BalasHapusbenar nih Mbak, kita harus telaah terus positifnya supaya tetap sehat lahir maupun batin
BalasHapusWah sisi positif wabah virus ada ya mb di bidang pndidikan. Akhirnya mau gak mau anak2 dan ortunya juga ikut belajar ttg pembelajaran online. Kudu blg apa kalau gini mb ? Mksh bu guru...
BalasHapusAlhamdulillah kl di kampus saya dari dulu sudah uji coba e-learning. Sertifikat2 pelatihan dosen jika diadakan daring pun tetap dihitung angka kreditnya. Kampus hrs jadi center of excellent nya pembelajaran daring ini
BalasHapusYes mba, orangtua juga jadi lebih intena membimbing anak di rumah saat mengerjakan tugas online.
BalasHapusTerkadang, sesuatu yang awalnya dipandang sebelah mata justru itulah akhirnya yang bermanfaat dan digunakan banyak orang. Belajar online atau offline sebenarnya sama saja, asal ilmunya bisa sampai dengan baik.
BalasHapusDalam berbagai bidang, kita memang mesti menjadi pribadi yang terbuka. Salah satunya terbuka menerima masukan, seperti pengenalan e-learning. Bagi yang tinggal di perkotaan atau daerah yang terjangkau akses internet, buat saya sih ini sebuah kesempatan besar. Kita nggak bisa mengabaikan pentingnya memanfaatkan kemajuan teknologi.
BalasHapusKalau yang tinggal di daerah atau akses internet sangat terbatas, penolakan masih wajar. Meskipun tentunya dari pihak terkait harus memikirkan bagaimana cara memperluas jaringan sampai kesana, bukan hanya sekedar memaklumi.
Aku percaya, semakin ke depan, kita akan semakin sedikit berinteraksi dengan orang secara fisik karena teknologi bisa bekerja dari jarak jauh. Berlaku tidak di semua hal, tentunya.
berarti si corona juga bikin kita makin pinter dong. yang dulunya gaptek sekarang jadi tahu sosial media dan pembelajaan online. bingung si covid ini jahat tapi baik juga ya.
BalasHapusSetiap cobaan selalu ada hikmah yang bisa di ambil.
BalasHapusterlebih lagi semenjak dibatasi keluar rumah oleh pemerintah, moment berkumpul keluarga pun sangat-sangat berharga.
Apalagi bagi orang tua yang memiliki kesibukan,tentu jarang berjumpa atau hanya sekedar bercengkrama dengan buah hati.
semoga pandemi virus covid-19 segera berlalu, Amin
ternyata sama dampaknya kayak ke perusahaan kak, skrg transaksi yang bsia online jadi dionline kan, kadang meeting juga hanya perlu vide conference aja,,
BalasHapusnah apalagi didunia pendidikan, internet bsa dimnfaatkan secara maksimal untuk mengikuti kelas2 online ya
Baca runtutan pembelajaran online gitu, awalnya aku pesimis. Soalnya di lingkungan DikNas sering sarat tujuan proyek. Makanya ada yang tau-tau dibatalkan, apalagi kalau ganti Menteri. Semoga kali ini engga yah. Berjalan dan berkembang. Amiinnn...
BalasHapusAkhirnya banyak yang "dipaksa" mengenal belajar daring. Saya sepakat dengan mbak soal PKP itu. Saya salah satu GI yang mendapatkan pelatihan persiapan jadi GI, kesannya dipaksakan akibatnya GI yg turun ke lapangan cenderung tidak siap
BalasHapusSalah satu yang terjadi dengan adanya covid-19 ini adalah teknologi yang mau tak mau harus dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, tak peduli dia paham atau tidak, pokoknya keadaan memaksa untuk paham. Ya, dan e-learning ada dimana-mana, ketika biasanya banyak yang menunda, karena ada pandemi ini semuanya dipaksa harus dilakukan
BalasHapusIya ya kak. Ada sisi positifnya juga. Sekarang pada melek teknologi . Pada akhirnya keadaan juga yang memaksa kita
BalasHapusBeruntunglah yang tinggal di kota jadi bisa mengakses internet dengan mudah, dan sudah tak gagap teknologi. Mungkin e-learning agak susah diterapkan di desa-desa kecil...
BalasHapusMoodle juga kami pakai di kantor saat training, mbsk. Sangat mrmbantu.
BalasHapusWah sudut pandang ya menarik mbak. Cukup relate sih kalau mengingat bahwa guru senior dan sistem e-learning kurang cocok. Tapi, mau nggk mau, metode seperti ini harus dipelajari, krn kita nggk tau bisa ada kejadian wabah covid ini kan
BalasHapustulisan yang bagus,
BalasHapuszaman semakin berkembang semakin banyak perubahan dengan adanya teknologi.
pandemi ini memaksa kita mau menerima perubahan/penyesuaian. Sejauh itu positif. Why not?
BalasHapus